BERI SOLUSI: Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah Quatly Alkatiri (tengah) mendengarkan aspirasi dari guru dan kepala sekolah se Eks Karesidenan Surakarta, Minggu (27/2). (Alifia Hapsari/Radar Solo)

SOLO – Tantangan terbesar dunia pendidikan pada masa pandemi adalah pembelajaran yang dilakukan secara daring dan hybrid. Masalah yang dihadapi yaitu siswa yang ikut pembelajaran hanya 50 persen, belum punya gawai, kuota internet yang cepat habis, jaringan internet yang tidak stabil.

Hal itu disampaikan Kepala SMA N 1 Surakarta Yusmar Setyobudi saat mengikuti focus group discussion bertema Tantangan Pendidikan pada Masa Pandemi di Solo, Minggu (27/2). Acara tersebut juga dihadiri Wakil Ketua DPRD Provinsi Jateng Quatly Alkatiri, dosen UNS praktisi pendidikan Sukarmin, dan 60 guru maupun kepala sekolah dari eks Karesidenan Surakarta.

Yusmar mengaku sekolah telah mempersiapkan platform pembelajaran daring. Tetapi dalam pelaksanaannya masih ada problem yang dihadapi siswa.

”Ada beberapa siswa yang belum punya gawai, kuota internet yang cepat habis, jaringan internet yang tidak stabil,” ungkapnya.

Dia menambahkan, sudah ada upaya dari DPRD Surakarta memberi bantuan gawai dan juga kuota untuk siswa. Hal tersebut dirasa sangat membantu. Akan tetapi problem yang belum terselesaikan adalah siswa yang berada di blank spot, sinyalnya tidak stabil. Sehingga tidak bisa mengikuti pembelajaran secara maksimal.

Terkait hal itu, Wakil Ketua DPRD Provinsi Jateng Quatly Alkatiri mengatakan, untuk mengatasi jaringan internet yang tidak stabil, nanti akan dikomunikasikan dengan kominfo. Selain itu bisa menjalin kerja sama dengan provider.

Quatly mengakui tantangan terbesar pendidikan saat pandemi adalah melaksanakan pembelajaran secara daring dan hybrid. Pembelajaran secara hybrid adalah mengkombinasikan antara pembelajaran luring dan daring. Dimana sebagian siswa mengikuti pembelajaran secara luring di kelas dan sebagian lainnya belajar secara daring lewat platform yang sudah disiapkan oleh guru dalam satu waktu.

”Pembelajaran seperti itu menimbulkan tantangan tersendiri untuk guru dan sekolahan,” jelas politisi PKS ini.

Salah seorang guru, Joko Hariyanto mengaku pembelajaran daring yang dilaksanakannya  tidak efektif. Karena 50 persen siswa saja yang benar-benar mengikuti pelajaran dari awal hingga akhir. Sedangkan 50 persen siswa  lainnya malah bekerja.

”Jadi pas pelajaran berlangsung yang mengisi presensi hanya 50 persen, dan kalau nunggu presensi penuh itu di jam-jam 9 malam. Setelah diselidiki ternyata banyak siswa yang bekerja dan baru bisa mengisi presensi pas malam hari,” ujarnya.

Menanggapi hal itu, Quatly mengatakan, guru, murid, dan orang tua harus saling bersinergi. Selain itu semua sektor harus saling berkolaborasi mengatasi masalah tersebut.

”Mungkin bisa diadakan kunjungan mendadak guru ke rumah-rumah siswa. Ini untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa. Jangan sampai siswa tidak bisa mengikuti pembelajaran selama pandemi ini,” imbuhnya.

Dalam acara ini guru-guru sangat antusias mengikuti sesi tanya jawab hingga akhir. (mg7/adi)

Sumber: (https://radarsolo.jawapos.com/pendidikan/28/02/2022/ptm-terkendala-wakil-ketua-dprd-jateng-quatly-guru-ortu-harus-bersinergi/)